Apa yang engkau sedihkan? Engkau merasa kehilangan karena
ditinggalkan, serasa diabaikan dan dicampakkan. Dan kau pun menganggap
kehidupan begitu kejam, gelap memburam. Kenapa engkau risau? Galau
dengan hati kacau. Hanya karena sedikit cobaan dari-Nya kau sudah merasa
menjadi hamba yang tak sanggup lagi hidup di dunia.
Sampai kapan kau kan larut dalam sedih berkepanjangan? Sampai kapan
kau kan tenggelam dalam kubang kenestapaan? Padahal kau telah
menyaksikan orang-orang tegar yang terus bertahan dengan segala
kekurangan. Takkah kau mengambil dari mereka satu dua pelajaran?
Bukankah engkau telah berjumpa dengan sosok buta yang tetap ceria dan
tidak memelihara duka? Ia ridho dengan keputusan Robbnya. Kebutaannya
bukan penghalang untuk tetap jenaka penuh canda. Dengan penglihatan yang
tidak sempurna ia masih tetap bersemangat dan tidak menganggap dunia
kiamat hanya karena baginya semua gelap. Meski punya kekurangan ia tak
menggantungkan pada belas kasihan orang-orang untuk mendapat makan.
Ketrampilan pijatan tangan menjadi jalannya menafkahi kehidupan. Ia juga
tidak berhenti belajar, ujung jemarinya ia gunakan untuk membaca. Dan
tanpa mata yang bisa melihat cahaya ia menghafal firman sang Maha. Bukan
sekedar satu dua ayat, atau hanya beberapa surat namun satu kitab! 144
surat, enam ribuan ayat ia coba lekatkan dalam ingat.
Engkau juga telah bergaul dengan beberapa orang yang mempunyai
langkah timpang. Virus polio yang menghambat pertumbuhan tulang
menjadikan mereka tak mampu berlari sebab cacat di kaki. Namun mereka
tetap melangkah ke depan dan rela atas ketentuan dari yang Maha Besar.
Cacat di kaki tak menghalangi untuk mendapat ridho ilahi, tidak membuat
lisan kaku tak juga menjadikan akal buntu. Dan ayat-ayat-Nya mengalun
dari lisan-lisan itu. Senyuman mereka, juga tawa ceria senantiasa
mengiringi hari-hari mereka dalam menghafal kalam-Nya.
Tidakkah kau juga belajar tentang kerelaan atas ketentuan pada
seorang ayah yang bersamanya kau pernah sholat berjama’ah? Saat itu ia
berdiri di barisan depan, disampingnya seorang anak duduk dengan kaki
dijulurkan. Dalam keceriaan, lisan si kecil mencoba mengikuti bacaan
sang imam sembari mempermainkan tangannya yang tidak normal. Selepas
sholat, sang ayah memeluk anak itu, menciumnya dengan sayang dan
menggendongnya karena memang sang anak tak mampu berjalan, ia lahir
dalam kelumpuhan.
Engkau melihat mereka, bertemu mereka dan menyaksikan segala yang
menimpa mereka, nyata di depan mata. Mata yang buta, tulang kaki yang
tumbuhnya berhenti dan ayah yang menggendong bocah bertangan cacat,
berkaki lumpuh semua itu akan terus mereka rasa hingga regang nyawa.
Cobaan dan keadaan yang mereka alami tak sekedar satu dua hari, namun
akan terus menyertai hingga nanti di batas mati!
Sedang dirimu? Dengan cobaan yang tak seberat mereka, yang sifatnya
sementara dan akan hilang seiring dengan berjalannya masa kenapa terus
saja pelihara duka? Hari-harimu pun penuh keluhan seakan diperlakukan
tanpa keadilan, kadang menuntut Tuhan bahkan menghujat seperti orang
tanpa iman.
Wahai diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Tidakkah kau sadari, ketika kau kehilangan sesuatu yang belum tentu
baik bagimu, kau masih punya dua mata yang bisa memandang. Pendengaran,
penciuman dan semua indra yang masih bisa digunakan. Kaki dan tangan
utuh tak berkurang. Tubuh dan fungsi organ dalam yang tak hilang. Akal
pikiran yang masih sadar. Dan juga ilmu pengetahuan yang mengantar pada
kebenaran. Sungguh, Ia mengambil sesuatu yang belum perlu kau miliki dan
menyisakan hal-hal yang pasti memberi manfaat pada diri.
Wahai diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Ketika kau merasa hancur karena dikhianati, ditinggal pergi sosok
yang kau sukai dan mendapati janji-janji yang diingkari, Ia masih
hadirkan orang-orang yang mencintaimu bagaimana pun keadaanmu, Ayah, ibu
dan saudara-saudaramu! Ia juga masih memberikan teman-teman yang
menyertai dalam hidup keseharian. Guru-guru yang selalu memberi ilmu.
Rekan belajar yang masih selalu mengingatkan. Dan kenapa kau masih
bersedih karena satu orang yang tidak halal?
Wahai Diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Ataukah kau begitu bebal, layaknya hewan ternak yang tak berakal?
Hingga tak lagi bisa menerima pesan-pesan dari langit, bahwa saat
masalah menghimpit, hidupmu terasa sempit atau pun tertimpa sakit, Ia
menjanjikan kebaikan yang tak sedikit.
Bukankah kau pun telah tahu, Ia akan berikan balasan yang tak terbilang bagi orang-orang yang senantiasa bersabar. Ia juga kan tambahkan kenikmatan bagi orang yang lekat dalam kesyukuran. Atau kah kau ragu dengan yang telah Ia firmankan?
Bukankah kau pun telah tahu, Ia akan berikan balasan yang tak terbilang bagi orang-orang yang senantiasa bersabar. Ia juga kan tambahkan kenikmatan bagi orang yang lekat dalam kesyukuran. Atau kah kau ragu dengan yang telah Ia firmankan?
Wahai diri,
Orang-orang yang sabar dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Dan karena Tuhanmu, bersabarlah… Maka bersabarlah kamu sesungguhnya janji Allah itu benar… bersabarlah engkau dengan kesabaran yang baik… Dan bersabarlah karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan…. Dan pahala yang besar itu hanya diperoleh orang-orang yang bersabar….
Orang-orang yang sabar dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Dan karena Tuhanmu, bersabarlah… Maka bersabarlah kamu sesungguhnya janji Allah itu benar… bersabarlah engkau dengan kesabaran yang baik… Dan bersabarlah karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan…. Dan pahala yang besar itu hanya diperoleh orang-orang yang bersabar….
Wahai diri,
Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha mensyukuri, Maha mengetahui.
Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri… Bersyukurlah kepada Allah dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Dia akan menambah nikmat kepadamu. Karena itu, hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur.
Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha mensyukuri, Maha mengetahui.
Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri… Bersyukurlah kepada Allah dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Dia akan menambah nikmat kepadamu. Karena itu, hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur.
Belum cukupkah semua itu? Ataukah kau masih juga larut dalam ragu. Jika memang demikian,
Wahai diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Wahai diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Duhai diri, tidakkah kau rasa cinta-Nya yang tak mengenal batas ruang
dan masa? Ia berikan dua jalan keluar pada setiap satu permasalahan.
Pun saat ditimpa kesusahan maupun dalam gelimang kenikmatan Ia beri
kesempatan untuk senantiasa dalam naungan keridhoan, tinggal sang insan
akan dengan ringan atau malah enggan dalam menjalankan apa yang
dianjurkan. Sungguh, dengan kesabaran dan kesyukuran kau akan selalu
dalam kebaikan, akan selalu dalam kebaikan…Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar