Ucapan terima kasih

Selamat datang di blog saya, saya adalah pemilik blog ini,.. setidaknya saya berterima kasih kepada anda dan kepada allah yang masih memberikan kesehatan sehingga saya masih aktif di dalam blog sehingga mampu menuliskan apa yang ada di dalam pikiran yang nanti'nya saya utarakan kedalam Blog ini,... silakan melanjutkan Membaca,. Tidak diwajibkan bagi anda yang tidak punya,.. sebelum membaca blog saya siapkan samsu+kopi+cemilan+cepuluh hehehe,.. silakan membaca.

Terima kasih salam Psycho™.

Kamis, 15 September 2011

dimana kesabaran dan rasa syukurmu.

Apa yang engkau sedihkan? Engkau merasa kehilangan karena ditinggalkan, serasa diabaikan dan dicampakkan. Dan kau pun menganggap kehidupan begitu kejam, gelap memburam. Kenapa engkau risau? Galau dengan hati kacau. Hanya karena sedikit cobaan dari-Nya kau sudah merasa menjadi hamba yang tak sanggup lagi hidup di dunia.
Sampai kapan kau kan larut dalam sedih berkepanjangan? Sampai kapan kau kan tenggelam dalam kubang kenestapaan? Padahal kau telah menyaksikan orang-orang tegar yang terus bertahan dengan segala kekurangan. Takkah kau mengambil dari mereka satu dua pelajaran?
Bukankah engkau telah berjumpa dengan sosok buta yang tetap ceria dan tidak memelihara duka? Ia ridho dengan keputusan Robbnya. Kebutaannya bukan penghalang untuk tetap jenaka penuh canda. Dengan penglihatan yang tidak sempurna ia masih tetap bersemangat dan tidak menganggap dunia kiamat hanya karena baginya semua gelap. Meski punya kekurangan ia tak menggantungkan pada belas kasihan orang-orang untuk mendapat makan. Ketrampilan pijatan tangan menjadi jalannya menafkahi kehidupan. Ia juga tidak berhenti belajar, ujung jemarinya ia gunakan untuk membaca. Dan tanpa mata yang bisa melihat cahaya ia menghafal firman sang Maha. Bukan sekedar satu dua ayat, atau hanya beberapa surat namun satu kitab! 144 surat, enam ribuan ayat ia coba lekatkan dalam ingat.
Engkau juga telah bergaul dengan beberapa orang yang mempunyai langkah timpang. Virus polio yang menghambat pertumbuhan tulang menjadikan mereka tak mampu berlari sebab cacat di kaki. Namun mereka tetap melangkah ke depan dan rela atas ketentuan dari yang Maha Besar. Cacat di kaki tak menghalangi untuk mendapat ridho ilahi, tidak membuat lisan kaku tak juga menjadikan akal buntu. Dan ayat-ayat-Nya mengalun dari lisan-lisan itu. Senyuman mereka, juga tawa ceria senantiasa mengiringi hari-hari mereka dalam menghafal kalam-Nya.
Tidakkah kau juga belajar tentang kerelaan atas ketentuan pada seorang ayah yang bersamanya kau pernah sholat berjama’ah? Saat itu ia berdiri di barisan depan, disampingnya seorang anak duduk dengan kaki dijulurkan. Dalam keceriaan, lisan si kecil mencoba mengikuti bacaan sang imam sembari mempermainkan tangannya yang tidak normal. Selepas sholat, sang ayah memeluk anak itu, menciumnya dengan sayang dan menggendongnya karena memang sang anak tak mampu berjalan, ia lahir dalam kelumpuhan.
Engkau melihat mereka, bertemu mereka dan menyaksikan segala yang menimpa mereka, nyata di depan mata. Mata yang buta, tulang kaki yang tumbuhnya berhenti dan ayah yang menggendong bocah bertangan cacat, berkaki lumpuh semua itu akan terus mereka rasa hingga regang nyawa. Cobaan dan keadaan yang mereka alami tak sekedar satu dua hari, namun akan terus menyertai hingga nanti di batas mati!
Sedang dirimu? Dengan cobaan yang tak seberat mereka, yang sifatnya sementara dan akan hilang seiring dengan berjalannya masa kenapa terus saja pelihara duka? Hari-harimu pun penuh keluhan seakan diperlakukan tanpa keadilan, kadang menuntut Tuhan bahkan menghujat seperti orang tanpa iman.
Wahai diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Tidakkah kau sadari, ketika kau kehilangan sesuatu yang belum tentu baik bagimu, kau masih punya dua mata yang bisa memandang. Pendengaran, penciuman dan semua indra yang masih bisa digunakan. Kaki dan tangan utuh tak berkurang. Tubuh dan fungsi organ dalam yang tak hilang. Akal pikiran yang masih sadar. Dan juga ilmu pengetahuan yang mengantar pada kebenaran. Sungguh, Ia mengambil sesuatu yang belum perlu kau miliki dan menyisakan hal-hal yang pasti memberi manfaat pada diri.
Wahai diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Ketika kau merasa hancur karena dikhianati, ditinggal pergi sosok yang kau sukai dan mendapati janji-janji yang diingkari, Ia masih hadirkan orang-orang yang mencintaimu bagaimana pun keadaanmu, Ayah, ibu dan saudara-saudaramu! Ia juga masih memberikan teman-teman yang menyertai dalam hidup keseharian. Guru-guru yang selalu memberi ilmu. Rekan belajar yang masih selalu mengingatkan. Dan kenapa kau masih bersedih karena satu orang yang tidak halal?
Wahai Diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Ataukah kau begitu bebal, layaknya hewan ternak yang tak berakal? Hingga tak lagi bisa menerima pesan-pesan dari langit, bahwa saat masalah menghimpit, hidupmu terasa sempit atau pun tertimpa sakit, Ia menjanjikan kebaikan yang tak sedikit.
Bukankah kau pun telah tahu, Ia akan berikan balasan yang tak terbilang bagi orang-orang yang senantiasa bersabar. Ia juga kan tambahkan kenikmatan bagi orang yang lekat dalam kesyukuran. Atau kah kau ragu dengan yang telah Ia firmankan?
Wahai diri,
Orang-orang yang sabar dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Dan karena Tuhanmu, bersabarlah… Maka bersabarlah kamu sesungguhnya janji Allah itu benar… bersabarlah engkau dengan kesabaran yang baik… Dan bersabarlah karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan…. Dan pahala yang besar itu hanya diperoleh orang-orang yang bersabar….
Wahai diri,
Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha mensyukuri, Maha mengetahui.
Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri… Bersyukurlah kepada Allah dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Dia akan menambah nikmat kepadamu. Karena itu, hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur.
Belum cukupkah semua itu? Ataukah kau masih juga larut dalam ragu. Jika memang demikian,
Wahai diri, dimana kesabaranmu? Dimana rasa syukurmu?
Duhai diri, tidakkah kau rasa cinta-Nya yang tak mengenal batas ruang dan masa? Ia berikan dua jalan keluar pada setiap satu permasalahan. Pun saat ditimpa kesusahan maupun dalam gelimang kenikmatan Ia beri kesempatan untuk senantiasa dalam naungan keridhoan, tinggal sang insan akan dengan ringan atau malah enggan dalam menjalankan apa yang dianjurkan. Sungguh, dengan kesabaran dan kesyukuran kau akan selalu dalam kebaikan, akan selalu dalam kebaikan…Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar